Sabtu, 06 September 2014

photos at animal center


udah bisa jadi member GIRLS GENERATION kayaknya ya hahahah


ini di animal center :D



eksis lagi kan -__-
 


yang dibelakang itu umi pipik, beneran deh mukanya asli mirip umi pipik :D
 



Jumat, 05 September 2014

MY PROFIL



hahah saya kurang tahu kenapa baru sekrang pos profil saya setelah blog ini saya buat 1 tahun yang lalu. aneh emanggg ekkekekek
.
Nama Lengkap : Indrawati Basmar
Nama panggilan : Indah (jangan tanya kenapa melenceng, hanya Allah dan orang tua saya yang tahu) udah kodrat mungkin hahah
Born : Maros, 3 Januari 1995 (udah tua yahhh :D)
hobby : semua yang buat saya senang.
cita-cita : karena sekarang saya kuliah di UNHAS fak Peternakan, maka sekarang cita-cita saya bisa sarjana dengan IPK diatas 3,7 hahahh
saya  anak kedua dari 3 bersaudara. putri dari pasangan H. Baligau dan Hj. Subaeda Sawi :D (orang tua ikutan eksis)

riwayat pendidikan :
SD : SDN 28 INPRES Damma.
SMP : SMPN 2 Tanralili
SMA : SMAN 1 Maros

Prestasi dan organisasi:
saya kurang tahu apakah prestasi saya memuaska atau tidak, tapi yah yang penting ada,
Peserta Jamboore scout in Philipina, Pramuka sekolah SMPN 2 Tanralili, bendahara OSIS SMPN 2 Tanralili, PASKIBRA SMAN 1 Maros. hmm apa lagi yah, waktu SD saya suka ikut lomba hafalan sholat ama hafalan surat pendek dapat juara 1 dan 2 (waktu itu saya senang sekali karena bisa dapat hadiah) modus emang. hah tidak usah ditulis semua, sya capek ngetiknya :D (sokkk -__-)

mending share foto saja waktu masih MABA :p

ini sama sule aka anita sulfiani, masih semester 1 hahah. masih polos :P

 yang ini nih sibiang kerok kelas


tuh muncul lagi

abis lomba futsal, walaupun kalah gk apa2

 perpisahan BCSSS
p
 ini 3 orang wanted!!!



 eksis lagi :)


yang diatas foto pas mahasiswa nah yang ini waktu SMA :D





miss kalian :*...
semoga kita bisa sukses nanti dan kumpul lagi
#aminnnn :D

Kamis, 04 September 2014

MATERI MID BIOLOGI DASAR


















MAKALAH PENGATAR ILMU PETERNAKAN (PIP)-PEMELIHARAAN AYAM BROILER




MAKALAH
PENGANTAR ILMU PETERNAKAN


                              
PEMELIHARAAN AYAM BROILER


NAMA                             : INDRAWATI BASMAR
NIM                                 : I111130O7 
FAKULTAS                   : PETERNAKAN




UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Makalah Budidaya Ternak Unggas tentang  “Pemeliharaan Ayam Broiler”.
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu peternakan. Makalah  ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa yang diharapkan  dan dengan terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi setiap pembacanya. Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ucapan terima kasih kepada : Dosen dan Narasumber berkat kerjasamanya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati, mohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai, dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis buat  ini mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.





Makassar, November 2013


Penulis
 


DAFTAR ISI


Kata Pengantar ......................................................................................................    i
Daftar Isi ................................................................................................................    ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................    1
I.1. Latar Belakang ................................................................................................    1
I.2. Tujuan ..............................................................................................................    2
I.3. Rumusan Masalah ...........................................................................................    2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................    3
II.1. Sejarah Keberadaan Ayam Broiler di Indonesia ...........................................    3
II.2. Ayam Broiler .................................................................................................    6
II.3. Pemeliharaan Ayam Broiler ...........................................................................    8
BAB III
PEMBAHASAN ...................................................................................................    12
BAB IV
PENUTUP .............................................................................................................    15
IV.1. Kesimpulan ...................................................................................................    15
IV.2. Penutup ........................................................................................................    15
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................    16








 


BAB I
PENDAHULUAN
    

       I.1       Latar Belakang
Dewasa ini jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat. Sehingga berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka perminataan produk peternakan. Daging banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat gizi yang tinggi. Salah satu sumber daging yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah ayam. Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler, petelur afkir, dan ayam kampung.
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi.Ayam broiler juga merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional.Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam modern dan tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan selama prosesing dan distribusi.
Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan.Untuk itu perlu ada penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.

I.2. Tujuan
Ø  Dapat mengetahui secara lebih jelas perkandangan dan populasi untuk ayam Broiler.
Ø  Untuk mengetahui pakan dan minum yang diberiakan pada ayam Broiler.
Ø  Mengetahui Vaksinasi pada ayam Broiler.
Ø  Mengetahui penyakit-penyakit biasa menyerang ayam Broiler.
Ø  Mengetahui produksi yang dihasilkan.

1.3  Rumusan Masalah
Ø  Bagaimana bentuk-bentuk kandang yang ideal dan populasi tiap kandang untuk ayam Broiler?
Ø  Makanan dan minuman apa yang diberikan pada ayam Broiler?
Ø  Bagaimana cara Vaksinasi pada ayam Broiler?
Ø  Penyakit apa saja yang sering menyerang ayam Broiler?
Ø  Bagaimana produksi ayam Broiler?







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1.  Sejarah Keberadaan Ayam Broiler di Indonesia
Tidak semua orang memahami asal-muasal atau seluk-beluk perkembangan ayam broiler, meskipun hampir setiap harinya orang mendengar atau bahkan bisa jadi mengkonsumsi daging dan telur ayam broiler. Bagi mereka ketidakpahaman tersebut memang tidak perlu dipersoalkan, tetapi bagi peternak atau calon peternak pengetahuan tentang asal-muasal atau seluk-beluk perkembangan ayam broiler dari waktu ke waktu penting dimiliki. Hal itu penting karena pemahaman yang baik tentang karakteristik atau sifat-sifat ayam broiler dapat membantu dalam melancarkan usahanya dalam beternak ayam broiler, baik untuk tipe ayam pedaging maupun petelur. Terlebih lagi, pemahaman mengenai jenis-jenis ayam broiler yang unggul perlu diketahui oleh setiap peternak agar dalam usaha  ternaknya dapat mendatangkan keuntungan.
Berkaitan dengan hal itu saat ini dikenal adanya istilah ayam broiler komersial karena usaha peternakan hewan unggas ini tidak terlepas dari orientasi atau tujuan mendatangkan keuntungan. Dengan pernyataan lain, usaha peternakan ayam broiler tidak hanya diperuntukkan bagi konsumsi sendiri melainkan untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan sehingga diperoleh suatu keuntungan finansial (keuangan).
Usaha peternakan ayam broiler komersial dewasa ini tumbuh subur dibeberapa negara, termasuk di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler komersial dilakukan menggunakan strains atau bibit ayam broiler unggulan. Strains ayam broiler unggulan diperoleh dari usaha penyilangan ayam unggulan. Semula strains ayam broiler unggulan diperoleh dengan melakukan penetasan alami atau menitipkan pada induk ayam. Pada perkembangan waktu-waktu selanjutnya yakni pada tahun 1844, di amerika didirikan pabrik penetasan (hatcheri) telur ayam untuk pertama kali. Saat ini telah dikenal berbagai jenis strains ayam broiler unggul yang dikembangkan di berbagai negara. Contohnya, di Italia dikenal terdapat strains ayam Leghorn paling diunggulkan dan banyak dikembangkan sebagai hewan unggas yang diternakkan secara komersial (Anonim, 2011).
Di Amerika Serikat terdapat beberapa jenis atau strains ayam unggulan seperti Rhode Island Red, Cobb, Arbor Arcres, dan Avian yang sekarang ini diunggulkan dan banyak diternakkan secara komersial. Di Australia saat ini terdapat strains Australorp sebagai primadona hewan unggas untuk diternakkan secara komersial. Di Prancis mempunyai strains ayam unggulan yang dinamakan Isa Veddete dan Shaper. Di Belanda dikenal strains ayam Hybro dan Hubbart sebagai strains ayam yang diunggulkan untuk diternakkan secara komersial, dan masih banyak lagi yang lain (Khaeruddin, 2009).
Perkembangan dan penyebaran ayam broiler komersial ke seluruh dunia amat disokong oleh diberlakukannya sistem pasar bebas di era globalisasi. Para ahli genetika secara terus-menerus dilakukan penelitian, persilangan, dan seleksi yang ketat sehingga pada akhirnya dihasilkan varietas ayam broiler unggulan yang khusus menghasilka salah satu produk komersial yaitu daging atau telur. Trend beternak ayam broiler komersial waktu-waktu selanjutnya dilakukan lebih khusus, misalnya beternak ayam broiler komersial penghasil daging atau telur saja, tidak kedua-duanya. Dengan begitu hasilnya dapat maksimal. Dewasa ini telah dihasilkan tidak kurang dari tiga ratus bibit ayam broiler murni dan varietas ayam terseleksi dari potensi genetikanya. Jenis atau varietas ayam broiler unggulan tersebut telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Beberapa potensi genetik pada ayam broiler (Khaeruddin, 2009)
unggulan yang telah ditingkatkan tersebut meliputi ukuran tubuh ayam broiler unggulan lebih besar, ayam memiliki proporsi daging karkas yang tinggi, ayam memiliki kerangka tulang yang lebih kuat, pertumbuhan badan ayam terhitung lebih cepat, ayam mempunyai warna kulit putih atau kuning yang bersih, lebih tahan terhadap penyakit, dan yang lebih penting sebagai ayam broiler komersial memiliki konversi pakan yang baik sehingga lebih mendatangkan keuntungan besar bagi setiap peternak.
Perkembangan ayam broiler di Indonesia dapat dimulai abad ke- 19. Pada saat itu benua Eropa dan ebnua Amerika sangat familiar dengan ayam Sumatra. Kondisi tersebut mendorong para pakar perunggasan kedua benua tersebut untuk melakukan penelitian terhadap ayam Sumatra. Pada abad ke-20 para pakar kedua benua itu menugaskan salah seorang pakar perunggasan yang terkenal pada waktu itu bernama J.F. Mohede mengadakan penelitian tentang ayam Sumatra. Beberapa jenis ayam Sumatra memang terkenal di masa lalu karena berbagai kelebihannya. Selain meneliti ayam Sumatra, pakar dari negara asing itu juga meneliti ayam Kedu. Bahkan tidak hanya J.F. Mohede yang mengadakan penelitian terhadap ayam Kedu, tetapi juga disertai ahli yang lain yakni J. Menkens. Penelitian kedua orang pakar perunggasan tersebut dilakukan pada tahun 1937. Saat itu ayam Kedu terkenal mempunyai kelebihan-kelebihan atau keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan ayam yang lain, di antaranya tahan terhadap berbagai jenis penyakit, tingkat pertumbuhan tinggi, produksi telur tinggi, cita rasa daging yang enak, dan pemeliharaan yang mudah. Tidak heran jika ayam Kedu merupakan salah satu nenek moyang dari ayam ras yang terbentuk di Amerika dan Inggris seperti ayam Sussex, ayam Cornish, ayam Orpington, ayam Australorp, dan ayam Dorking (Khaeruddin, 2009).
Perkembangan populasi ayam komersial di Indonesia tercatat dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an. Perkembangan itu mencapai puncaknya pada awal 1980-an. Faktor-faktor yang menentukan perkembangan populasi ayam broiler komersial di berbagai daerah di Indonesia antara lain sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan suatu wilayah atau daerah di Indonesia. Daerah perkembangan ayam broiler saat itu belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Daerah pusat penyebaran ayam broiler di wilayah Indonesia. Daerah pusat penyebaran ayam broiler di wilayah Indonesia bagian barat meliputi wilayah Pulau Jawa dan sebagian Sumatra (Anonim, 2011).
II.2. Ayam Broiler
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor (Fadillah, 2007).
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energy yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga akan menambah biaya produksi. Ada  tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan (Cahyono, 1995).
Ayam broiler atau pedaging memiliki beberapa cirri, yaitu diantaranya (Anonim, 2002) :
  • Bobot relatif besar
  • Membutuhkan asupan makanan yang tinggi
  • Pertumbuhan sangat cepat
  • Mengandung banyak lemak pada tubuhnya
Ayam broiler sebagai jenis ayam pedaging yang paling populer dan paling banyak diternakkan mempunyai ciri senang makan atau tingkat konsumsi ransumnya sangat tinggi. Bila ransum (makanan) diberikan tidak terbatas atau ad libitum, maka ayam akan terus menerus makan hingga merasa kenyang. Karenanya, untuk mengurangi beban produksi pengadaan pakan dan sekaligus untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan yang baik pada ayam broiler yang diternakkan, maka peternak hanya akan memberikan ransum pada batas tertentu sesuai umur dan arah pembentukan bibit yang kemudian disebut dengan konsumsi standar atau baku.
Dengan cara ini pula, tingkat konversi ransum pada ayam yang umurnya sama dari waktu ke waktu akan terus diperbaiki sesuai harapan peternak, yaitu tingkat pertumbuhan yang relatif cepat dengan jumlah porsi makanan yang kurang lebih sama atau malah lebih sedikit (
Andri, 1994).
Intinya, peternak akan menginginkan agar ayam broiler (pedaging) yang dipeliharanya akan lebih cepat dipanen dengan menghabiskan pakan seminimal mungkin. Ayam broiler sebenarnya akan tumbuh baik dan optimal bila diternakkan pada temperatur lingkungan 19-21°C. Namun, karena rata-rata suhu di Indonesia terbilang tinggi, maka ayam broiler terlalu banyak minum tapi nafsu makanya berkurang, di mana hal tersebut tidak baik bagi ayam. Maka dari itu, tidak mengherankan bila sebagaian peternak lebih senang membuka peternakan di daerah dataran cukup tinggi dengan suhu yang sejuk dan tidak terlalu panas.
Bila dipelihara dengan baik dan mendapatkan ransum yang berkualitas, maka ayam broiler usia di atas 6 minggu bisa menghasilkan persentase karkas (hasil potongan daging utuh tanpa mengambil darah, bulu, kepala, cakar, maupun isi perut dan rongga dada) yang sangat tinggi, yakni antara 65-75%. Selain faktor pemeliharaan, tingkat kecepatan pertumbuhannya, dan persentase karkas tersebut sangat bergantung pada faktor keturunan. Karena itulah, para peternak ayam broiler akan selalu berusaha untuk mengambil bibit ayam broiler dari bangsa (strain) yang unggul.
ntoh ayam pedaging adalah starbro, plymouth rock, cornish, Sussex (Fadillah, 2007).

II.3. Pemeliharaan Ayam Broiler
Agar mampu terus bertahan di bidang usaha ternak ayam broiler, kita harus tahu faktor-faktor apa saja yang merupakan penentu keberhasilan usaha ternak tersebut. Fakta membuktikan dari tahun ke tahun kebutuhan masyarakat terhadap daging broiler terus meningkat. Seiring dengan meningkatnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging broiler, terjadi juga peningkatan terhadap usaha peternakan ayam broiler. Tetapi sangat disayangkan animo peternak terhadap komoditi yang satu ini tidak disertai kestabilan keuntungan yang dapat diraih oleh peternak, sehingga seringkali kita dengar banyak peternak yang gulung tikar.
Menurut Wirama Yuda (1996), ada banyak hal yang perlu diperhatikan oleh peternak atau calon peternak, agar usahanya dapat berkesinambungan, diantaranya adalah (Anonim, 2000) :
·         Kandang
Sebelum memulai usaha ternak broiler, kita harus mempunyai kandang yang memenuhi syarat-syarat teknis dan kesehatan ternak, antara lain : tidak bocor waktu hujan, ventilasi cukup dan sinar matahari tidak dapat masuk secara langsung ke dalam kandang. Jarak antar kandang tidak terlalu rapat, dengan jarak minimal antar kandang selebar satu kandang. Saluran-saluran air atau pembuangan di sekitar kandang harus lancar. Lantai kandang harus miring ke satu atau dua arah untuk mempercepat proses pembersihan dan mencegah menggenangnya air di dalam kandang. Bahan-bahan dan konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama sehingga tidak cepat rusak ataupun membahayakan pekerja (Priatno, 2004).
·                     Peralatan kandang
Peralatan kandang yang vital seperti tempat pakan (feeder), tempat minuman (drinker), pemanas, seng pelindung anak ayam (chick guard), layar/tirai penutup kandang dan alat semprot desinfektan (sprayer) harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Sebab jika peralatan tersebut kurang dari kebutuhan berdasarkan jumlah ayam yang dipelihara, dapat menimbulkan problem- problem (Priatno, 2004) :
1.      Berat badan standar akan sulit tercapai. Jumlah ayam yang kerdil akan tinggi.
2.      Problem penyakit yang timbul akan lebih sering dan sulit untuk diatasi.
3.      Angka kematian tinggi serta kualitas rata-rata ayam ecara keseluruhan akan jelek.
·                     Anak Ayam DOC
Anak ayam umur sehari (DOC) yang baik mempunyai ciri-ciri : bulu kering dan bersih, berat tidak dibawah standar (minimal ± 39 gr/ekor), lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak menunjukkan adanya penyakit-penyakit tertentu seperti ompalitis, ngorok ataupun pullorum yang dapat dilihat dari adanya kotoran berwarna putih (Anonim, 2000).
·                     Pakan
Pakan yang baik adalah yang cukup mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ayam (protein, lemak, abu, serat kasar, energi, vitamin dan asam-asam amino).Hal ini dapat dilihat dari standar kebutuhan zat-zat makanan pada masing-masing eriode pemeliharaan yang dapat dipenuhi oleh pakan tersebut. Yang juga tidak kalah penting tapi sering terlupakan adalah pakan tersebut harus tidak menyebabkan diare, sebab diare dapat menyebabkan litter menjadi basah sehingga konsentrasi amoniak di dalam kandang meningkat. Pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit dan problem berat badan (Anonim, 2002).
·                     Obat-obatan
Meliputi antibiotika, vaksin dan vitamin yang dibutuhkan untuk membantu mempertahankan kesehatan ayam, ataupun mengobati ayam bila terserang penyakit.
Pemilihan dan pemakaian obat-obatan yang digunakan harus tepat sesuai dengan kasus yang dihadapi. Oleh sebab itu, diagnosa penyakit tidak boleh salah untuk keefektifan terapi pengobatan yang dijalankan. Yang wajib untuk dipahami peternak, adalah obat-obatan ini hanya sebagai pendukung, bukan faktor utama yang menyebabkan ayam menjadi sehat. Sebab, faktor utama untuk menghasilkan ayam yang sehat adalah sanitasi dan tata laksana pemeliharaan yang benar. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan bermanfaat banyak bila sanitasi dan manajemen pemeliharannya buruk. Malah dapat menimbulkan kerugian, karena problem penyakit akan sering muncul dan sulit untuk diatasi, yang pada akhirnya biaya produksi menjadi tinggi (Anonim, 2011).
·                     Manajemen pemeliharaan
Faktor-faktor di atas dapat berfungsi dengan baik bila manajemen atau tatalaksana pemeliharaan yang dijalankan benar. Manajemen yang baik akan meningkatkan efisiensi faktor-faktor produksi, sehingga memperkecil beban pengeluaran, yang pada akhirnya dapat memperbesar keuntungan yang diperoleh (Cahyono, 1995).
·                     Pemasaran
Akhir dari masa pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu usaha. Akan sia-sia kerja yang baik apabila penanganan pemasaran broilernya dilakukan kurang rapi dan terencana karena dapat mengurangi perolehan peternak. Pemasaran yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang sesingkat-singkatnya dan dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga jual di sini tentu saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor ketepatan waktu dan lamanya proses pengangkatan ayam dari kandang sangat penting diperhatikan. Pemasaran yang terlambat, walau hanya satu-dua hari, akan memperbesar biaya produksi terutama untuk pakan. Sedang proses pengangkutan ayam dari kandang yang berlarut-larut akan menimbulkan stres pada ayam sehingga akhirnya akan meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi beban peternak. Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu). peranannya yang penting sebagai sumber protein hewani. Pemberian Vitamin Organik untuk Budidaya Ternak Ayam berupaya membantu peningkatan produktivitas, kuantitas, kualitas dan efisiensi usaha peternakan ayam broiler secara alami (non Kimia) (fadilla, 2007). .















BAB III
PEMBAHASAN

                                                    
            Peternakan Bapak Ancu Peternakan Bunga Jaya terletak di daerah Kodim Kabupaten Sidrap yang berdiri pada tanggal 9 Maret 2007. Setelah melakukan Tanya jawab terhadap beliau, bebarapa informasi telah diperoleh yang diantaranya yaitu :
Ø  Perkandangan dan Populasi
Jumlah kandang yang dimiliki sebanyak 2 kandang, yang masing-masing kandang berukuran 16 petak dan 12 petak. Populasi ayam pada kandang yang berukuran 16 petak dihuni sebanyak kurang lebih 4000 ekor, sedangkan yang berukuran 12 petak dihuni kurang lebih 3000 ekor.
Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol, memudahkan tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Lantai kandang menggunakan sistem litter berbahan sekam padi. Litter adalah hamparan alas kandang yang berguna sebagai alas tidur, penghangat bagi ayam dan mengurangi kelembaban lantai kandang. Ketebalan sekam padi sekitar  15-20 cm.
Ø  Pemberian Pakan dan Minum
Dalam sehari ayam diberi makan 3 kali. Dimana aturan pemberian makan adalah sebagai berikut :
Usia ayam 1-20                 : diberi pakan BP 11
Usia ayam 20-panen          : diberi pakan BP 12
Tempat pakan yang digunakan terbuat dari bahan yang sesuai dengan umur ayam, tidak mudah kotor dari feses ayam, mudah dicapai ayam, pakan yang tersedia sesuai dengan jumlah ayam agar tidak terjadi perebutan pakan, dan praktis. Tempat pakan ada dua jenis, yaitu tempat pakan yang berbentuk piring dan bulat.
Pemberian minum pada ayam broiler atau pedaging menggunakan air yang ditambahkan dengan Vitachink. Pemberian minum ini sangat penting, diharapakan agar tempa minum ayam tidak pernah kosong. Air minum yang disediakan harus selalu dalam keadaan bersih, dingin atau segar. Guna menjaga kebersihan dan kesegaran air minum, air harus sering diganti agar air tidak basi.
Ø  Vaksinasi dan Penyemprotan
Vaksin yang diberiakan dipeternakan ini terhadap ayam Broiler yaitu :
1.      Vaksin Tetes Mata (umur 1 minggu) menggunakan Gumboro
Vaksin di teteskan pada salah satu mata dengan menggunakan pipet. Jarak antara unjung pipet dengan mata 1 cm. pada saat ditetes, mata harus terbuka sehingga vaksin bisa masuk dan meresap. Untuk itu, maka harus ditunggu agar mata yang habis ditetas itu dipejamkan. Mengenai dosis vaksinasi dengan cara ini cukup 1-2 tetes/ekor.
2.      Vaksin bawah kulit (umur 2 minggu) menggunakan ND
Vaksin ini dilakukan dengan cara menyuntikkan bagian belakang leher, namun penyuntikan ini diharapkan tidak sampai kdaging.
            Sealai vaksinasi  penyemprotan juga dilakukan, yaitu dengan cara mengisi tangki dengan air yang dicampur dengan desinvektan. Dengan perbandingan 1:15 liter air. Penyemprotan dilakukan dengan merata.
Ø  Penyakit dan Penanganannya
Berak Kapur (Pullorum)
Penyakit ini mudah terlihat dari warna kotoran yang ada terlihat diare pada ayam berwarna putih dan setelah kering menjadi serbuk putih. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Kematian dapat terjadi setelah ayam 4 hari terinfeksi. Penularannya melalui kotoran. Pengobatan penyakit ini belum begitu memuaskan.
Obat-obatan untuk mengatasi penyakit pada ayam broiler antara lain antibiotik, vaksin, dan vitamin. Sebenarnya obat-obatan adalah pendukung. Sanitasi dan tata laksana pemeliharaan yang benar adalah yang utama. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan ada gunanya apabila manajemen pemeliharaannya buruk.
Ø  Panen
            Panen adalah tahap akhir dalam proses pemeliharaan ayam pedaging. Disinilah akan diketahui berhasil dan tidaknya usaha beternak ayam pedaging
Panen dilakukan pada saat umur ayam mencapai 5-7 minggu, dan biasanya bobot ayam yang dimiliki Bapak Ancu berkisar 1,7-2 kg/ayam. Ayam yang tidak sampai bobot sekian, akan dipisahkan dimana kata lainnya adalah pensortiran.
Agar suasana kerja saat memanen ayam menjadi nyaman, gantung tempat pakan dan minum sehingga tidak banyak pakan dan air minum yang tumpah saat ayam dipanen, terutama saat proses penyekatan ayam. Pada proses penyekatan ayam lakukanlah secara bertahap agar ayam yang dipanen tidak lumpuh karena lemas. Hal ini sangat perlu dilakukan karena dapat berakibat ayam mati menumpuk (over lapping). Jangan menangkap ayam secara kasar karena bisa menyebabkan memar, tulang sayap dan kaki patah bahkan bisa menyebabkan ayam mati karena stres. Habiskan ayam dalam satu seketan, jangan pergunakan sistem tangkap pilih untuk menangkap ayam saat memanen. Setelah proses panen selesai, kandang dan peralatan dibersihkan sesegera mungkin.
           
                                                      









BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Populasi tiap kandang harus sesuai dengan luas kandang yang ideal, agar tidak terjadi kepadatan dalam kandang tersebut.
2.      Pemberian pakan dan minum, merupakan salah satu poin penting dalam menjalani usaha peternakan. Pemberian pakan dan minum yang baik akan memberiakan hasil yang memuaskan.
3.      Vaksinansi dilakukan agar ayam dapat terhindar dari berbagai penyakit yang mungkin akan menyerang pada ayam tersebut.
4.      Penularan penyakit pada ayam biasanya melalui kotoran.
5.      Ayam Broiler akan dipanen saat umur 5-7 minggu denagn berat berkisar 1,7-2 kg/ayam.

IV.2.  Saran
Sekiranya setiap yang bersangkutan dalam pemberian informasi dapat memberiakan informasinya dengan senang hati, dan mau bekerja sama dengan baik.










DAFTAR PUSTAKA

Andri. 1994. Pedoman Teknis Budidaya Ayam Broiler. http//: Budidaya Ayam Petelur.html. Diakses pada tanggal 24 November 2013 pada pukul 19.55 WITA.

Anonim. 2000. Cara Memelihara Ayam Broiler http://www.peternakan.com/tip/ayam/topik09.htm. Diakses pada tanggal 23 November 2013 pada pukul 21.50 WITA.

Anonim. 2002. Sentra peternakan dan usaha www.google.com sentra. Diakses pada tanggal 23 November 2013 pada pukul 19.00 WITA.

Anonim. 2011.  Pendahuluan. http://micksihite.blogspot.com/p/laporan-semester-praktikum-produksi.html. Diakses pada tanggal 22 November 2013 pukul 20.34 WITA.

Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka:. Ciganjur.

Khaeruddin. 2009. Sejarah singkat ayam Pedaging. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 22 November 2013 pada pukul 19.50 WITA.

Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta.