MAKALAH
PENGANTAR ILMU PETERNAKAN
PEMELIHARAAN AYAM BROILER
NAMA : INDRAWATI BASMAR
NIM : I111130O7
FAKULTAS : PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Makalah Budidaya Ternak
Unggas tentang “Pemeliharaan Ayam Broiler”.
Makalah ini merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Ilmu
peternakan. Makalah ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa yang
diharapkan dan dengan terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi
setiap pembacanya. Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses
pembelajaran agar kiranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang
perlunya sebuah tugas agar menjadi bahan pembelajaran.
Selesainya makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
ucapan terima kasih kepada : Dosen dan Narasumber berkat kerjasamanya sehingga
Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa Makalah ini
jauh dari kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati, mohon kritik dan
saran yang bersifat membangun. Sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai,
dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini selanjutnya. Besar harapan
penulis, semoga makalah yang penulis buat ini mendapat ridho dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Makassar, November 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
I.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
I.2. Tujuan .............................................................................................................. 2
I.3. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3
II.1. Sejarah Keberadaan Ayam
Broiler di Indonesia ........................................... 3
II.2. Ayam Broiler ................................................................................................. 6
II.3. Pemeliharaan Ayam Broiler ........................................................................... 8
BAB III
PEMBAHASAN ................................................................................................... 12
BAB IV
PENUTUP ............................................................................................................. 15
IV.1. Kesimpulan ................................................................................................... 15
IV.2. Penutup ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dewasa ini jumlah penduduk Indonesia
dari tahun ke tahun makin meningkat. Sehingga berdampak pada peningkatan
konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan
dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani
juga turut meningkatkan angka perminataan produk peternakan. Daging banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat karena mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat
gizi yang tinggi. Salah satu sumber daging yang paling banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia adalah ayam. Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler, petelur afkir, dan ayam
kampung.
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang
merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang
memiliki daya produktivitas tinggi.Ayam broiler juga merupakan salah satu
penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan komoditas
unggulan. Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi
sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar
modern maupun tradisional.Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan
oleh rumah potong ayam modern dan tradisional. Proses penanganan di RPA
merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan
rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki
sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi
dan kerusakan selama prosesing dan distribusi.
Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan
pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk
meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada
preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas yang
layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara penanganan, cara
pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang meliputi bahan asal,
penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan pembantu, bahan tambahan, mutu
produk akhir hingga pengemasan.Untuk itu perlu ada penerapan manajemen yang
baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.
I.2. Tujuan
Ø Dapat mengetahui secara lebih jelas
perkandangan dan populasi untuk ayam Broiler.
Ø Untuk mengetahui pakan dan minum
yang diberiakan pada ayam Broiler.
Ø Mengetahui Vaksinasi pada ayam
Broiler.
Ø Mengetahui penyakit-penyakit biasa
menyerang ayam Broiler.
Ø Mengetahui produksi yang dihasilkan.
1.3 Rumusan Masalah
Ø Bagaimana bentuk-bentuk kandang yang
ideal dan populasi tiap kandang untuk ayam Broiler?
Ø Makanan dan minuman apa yang
diberikan pada ayam Broiler?
Ø Bagaimana cara Vaksinasi pada ayam
Broiler?
Ø Penyakit apa saja yang sering
menyerang ayam Broiler?
Ø Bagaimana produksi ayam Broiler?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Sejarah Keberadaan Ayam
Broiler di Indonesia
Tidak semua orang memahami asal-muasal atau seluk-beluk
perkembangan ayam broiler, meskipun hampir setiap harinya orang mendengar atau
bahkan bisa jadi mengkonsumsi daging dan telur ayam broiler. Bagi mereka
ketidakpahaman tersebut memang tidak perlu dipersoalkan, tetapi bagi peternak
atau calon peternak pengetahuan tentang asal-muasal atau seluk-beluk
perkembangan ayam broiler dari waktu ke waktu penting dimiliki. Hal itu penting
karena pemahaman yang baik tentang karakteristik atau sifat-sifat ayam broiler
dapat membantu dalam melancarkan usahanya dalam beternak ayam broiler, baik
untuk tipe ayam pedaging maupun petelur. Terlebih lagi, pemahaman mengenai
jenis-jenis ayam broiler yang unggul perlu diketahui oleh setiap peternak agar
dalam usaha ternaknya dapat mendatangkan keuntungan.
Berkaitan dengan hal itu saat ini dikenal adanya istilah
ayam broiler komersial karena usaha peternakan hewan unggas ini tidak terlepas
dari orientasi atau tujuan mendatangkan keuntungan. Dengan pernyataan lain,
usaha peternakan ayam broiler tidak hanya diperuntukkan bagi konsumsi sendiri
melainkan untuk diperjualbelikan atau diperdagangkan sehingga diperoleh suatu
keuntungan finansial (keuangan).
Usaha
peternakan ayam broiler komersial dewasa ini tumbuh subur dibeberapa negara,
termasuk di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler komersial dilakukan
menggunakan strains atau bibit ayam broiler unggulan. Strains ayam
broiler unggulan diperoleh dari usaha penyilangan ayam unggulan. Semula strains
ayam broiler unggulan diperoleh dengan melakukan penetasan alami atau
menitipkan pada induk ayam. Pada perkembangan waktu-waktu selanjutnya yakni
pada tahun 1844, di amerika didirikan pabrik penetasan (hatcheri) telur ayam
untuk pertama kali. Saat ini telah dikenal berbagai jenis strains ayam broiler
unggul yang dikembangkan di berbagai negara. Contohnya, di Italia dikenal
terdapat strains ayam Leghorn paling diunggulkan dan banyak dikembangkan
sebagai hewan unggas yang diternakkan secara komersial (Anonim, 2011).
Di Amerika Serikat terdapat beberapa jenis atau strains ayam
unggulan seperti Rhode Island Red, Cobb, Arbor Arcres, dan Avian
yang sekarang ini diunggulkan dan banyak diternakkan secara komersial. Di
Australia saat ini terdapat strains Australorp sebagai primadona hewan unggas
untuk diternakkan secara komersial. Di Prancis mempunyai strains ayam unggulan
yang dinamakan Isa Veddete dan Shaper. Di Belanda dikenal strains
ayam Hybro dan Hubbart sebagai strains ayam yang diunggulkan
untuk diternakkan secara komersial, dan masih banyak lagi yang lain (Khaeruddin,
2009).
Perkembangan dan penyebaran ayam broiler komersial ke
seluruh dunia amat disokong oleh diberlakukannya sistem pasar bebas di era
globalisasi. Para ahli genetika secara terus-menerus dilakukan penelitian,
persilangan, dan seleksi yang ketat sehingga pada akhirnya dihasilkan varietas
ayam broiler unggulan yang khusus menghasilka salah satu produk komersial yaitu
daging atau telur. Trend beternak ayam broiler komersial waktu-waktu
selanjutnya dilakukan lebih khusus, misalnya beternak ayam broiler komersial
penghasil daging atau telur saja, tidak kedua-duanya. Dengan begitu hasilnya
dapat maksimal. Dewasa ini telah dihasilkan tidak kurang dari tiga ratus bibit
ayam broiler murni dan varietas ayam terseleksi dari potensi genetikanya. Jenis
atau varietas ayam broiler unggulan tersebut telah menyebar ke seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Beberapa potensi genetik pada ayam broiler (Khaeruddin,
2009)
unggulan yang telah ditingkatkan tersebut meliputi ukuran
tubuh ayam broiler unggulan lebih besar, ayam memiliki proporsi daging karkas
yang tinggi, ayam memiliki kerangka tulang yang lebih kuat, pertumbuhan badan
ayam terhitung lebih cepat, ayam mempunyai warna kulit putih atau kuning yang
bersih, lebih tahan terhadap penyakit, dan yang lebih penting sebagai ayam
broiler komersial memiliki konversi pakan yang baik sehingga lebih mendatangkan
keuntungan besar bagi setiap peternak.
Perkembangan ayam broiler di Indonesia dapat dimulai abad
ke- 19. Pada saat itu benua Eropa dan ebnua Amerika sangat familiar dengan ayam
Sumatra. Kondisi tersebut mendorong para pakar perunggasan kedua benua tersebut
untuk melakukan penelitian terhadap ayam Sumatra. Pada abad ke-20 para pakar
kedua benua itu menugaskan salah seorang pakar perunggasan yang terkenal pada
waktu itu bernama J.F. Mohede mengadakan penelitian tentang ayam Sumatra.
Beberapa jenis ayam Sumatra memang terkenal di masa lalu karena berbagai
kelebihannya. Selain meneliti ayam Sumatra, pakar dari negara asing itu juga
meneliti ayam Kedu. Bahkan tidak hanya J.F. Mohede yang mengadakan penelitian
terhadap ayam Kedu, tetapi juga disertai ahli yang lain yakni J. Menkens.
Penelitian kedua orang pakar perunggasan tersebut dilakukan pada tahun 1937.
Saat itu ayam Kedu terkenal mempunyai kelebihan-kelebihan atau
keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan ayam yang lain, di antaranya tahan
terhadap berbagai jenis penyakit, tingkat pertumbuhan tinggi, produksi telur
tinggi, cita rasa daging yang enak, dan pemeliharaan yang mudah. Tidak heran
jika ayam Kedu merupakan salah satu nenek moyang dari ayam ras yang terbentuk
di Amerika dan Inggris seperti ayam Sussex, ayam Cornish, ayam Orpington,
ayam Australorp, dan ayam Dorking (Khaeruddin, 2009).
Perkembangan populasi ayam komersial di Indonesia tercatat
dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an. Perkembangan itu mencapai puncaknya
pada awal 1980-an. Faktor-faktor yang menentukan perkembangan populasi ayam broiler
komersial di berbagai daerah di Indonesia antara lain sejalan dengan
pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan,
perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan suatu wilayah
atau daerah di Indonesia. Daerah perkembangan ayam broiler saat itu belum
merata di seluruh wilayah Indonesia. Daerah pusat penyebaran ayam broiler di
wilayah Indonesia. Daerah pusat penyebaran ayam broiler di wilayah Indonesia
bagian barat meliputi wilayah Pulau Jawa dan sebagian Sumatra (Anonim, 2011).
II.2. Ayam Broiler
Ayam ras
pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil
persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam broiler adalah ayam tipe
pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus untuk pemasaran secara dini.
Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4 kg tergantung pada
efisiensinya perusahaan. Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan
dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot
badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan
timbunan daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau
betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk
mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6
sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam
broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah
itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang
membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan
dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler
mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh
atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan
padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler
dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu
dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor (Fadillah, 2007).
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang
dikehendaki pada waktu yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat.
Kandungan energi pakan yang tepat dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi
konsumsi pakannya, dan ayam jantan memerlukan energy yang lebih banyak daripada
betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal-hal yang
terus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam broiler antara lain perkandangan,
pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan kesehatan, recording dan
pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan ayam tidak
terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam
dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan
sudah tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga
akan menambah biaya produksi. Ada tiga
tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu,
fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan (Cahyono,
1995).
Ayam broiler atau pedaging memiliki beberapa cirri,
yaitu diantaranya (Anonim,
2002) :
- Bobot relatif besar
- Membutuhkan asupan makanan yang
tinggi
- Pertumbuhan sangat cepat
- Mengandung banyak lemak pada
tubuhnya
Ayam broiler
sebagai jenis ayam pedaging yang
paling populer dan paling banyak diternakkan mempunyai ciri
senang makan atau tingkat konsumsi ransumnya sangat tinggi. Bila ransum
(makanan) diberikan tidak terbatas atau ad libitum, maka ayam akan terus
menerus makan hingga merasa kenyang. Karenanya, untuk mengurangi beban produksi
pengadaan pakan dan sekaligus untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan
yang baik pada ayam broiler yang diternakkan, maka peternak hanya akan
memberikan ransum pada batas tertentu sesuai umur dan arah pembentukan bibit
yang kemudian disebut dengan konsumsi standar atau baku.
Dengan cara ini pula, tingkat konversi ransum pada ayam yang umurnya sama dari
waktu ke waktu akan terus diperbaiki sesuai harapan peternak, yaitu tingkat
pertumbuhan yang relatif cepat dengan jumlah porsi makanan yang kurang lebih
sama atau malah lebih sedikit (Andri, 1994).
Intinya,
peternak akan menginginkan agar ayam broiler (pedaging) yang dipeliharanya akan
lebih cepat dipanen dengan menghabiskan pakan seminimal mungkin. Ayam broiler
sebenarnya akan tumbuh baik dan optimal bila diternakkan pada temperatur
lingkungan 19-21°C. Namun, karena rata-rata suhu di Indonesia terbilang tinggi,
maka ayam broiler terlalu banyak minum tapi nafsu makanya berkurang, di mana
hal tersebut tidak baik bagi ayam. Maka dari itu, tidak mengherankan bila
sebagaian peternak lebih senang membuka peternakan di daerah dataran cukup
tinggi dengan suhu yang sejuk dan tidak terlalu panas.
Bila dipelihara dengan baik dan mendapatkan ransum yang berkualitas, maka ayam
broiler usia di atas 6 minggu bisa menghasilkan persentase karkas (hasil
potongan daging utuh tanpa mengambil darah, bulu, kepala, cakar, maupun isi
perut dan rongga dada) yang sangat tinggi, yakni antara 65-75%. Selain faktor
pemeliharaan, tingkat kecepatan pertumbuhannya, dan persentase karkas tersebut
sangat bergantung pada faktor keturunan. Karena itulah, para peternak ayam
broiler akan selalu berusaha untuk mengambil bibit ayam broiler dari
bangsa (strain) yang unggul.ntoh ayam pedaging adalah starbro, plymouth rock, cornish, Sussex
(Fadillah, 2007).
II.3. Pemeliharaan Ayam Broiler
Agar mampu terus bertahan di bidang usaha
ternak ayam broiler, kita harus tahu faktor-faktor apa saja yang merupakan
penentu keberhasilan usaha ternak tersebut. Fakta membuktikan dari tahun ke
tahun kebutuhan masyarakat terhadap daging broiler terus meningkat. Seiring
dengan meningkatnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging broiler, terjadi
juga peningkatan terhadap usaha peternakan ayam broiler. Tetapi sangat
disayangkan animo peternak terhadap komoditi yang satu ini tidak disertai
kestabilan keuntungan yang dapat diraih oleh peternak, sehingga seringkali kita
dengar banyak peternak yang gulung tikar.
Menurut Wirama Yuda (1996), ada banyak hal yang perlu diperhatikan
oleh peternak atau calon peternak, agar usahanya dapat berkesinambungan,
diantaranya adalah (Anonim, 2000) :
·
Kandang
Sebelum memulai usaha
ternak broiler, kita harus mempunyai kandang yang memenuhi syarat-syarat teknis
dan kesehatan ternak, antara lain : tidak bocor waktu hujan, ventilasi cukup
dan sinar matahari tidak dapat masuk secara langsung ke dalam kandang. Jarak
antar kandang tidak terlalu rapat, dengan jarak minimal antar kandang selebar
satu kandang. Saluran-saluran air atau pembuangan di sekitar kandang harus
lancar. Lantai kandang harus miring ke satu atau dua arah untuk mempercepat
proses pembersihan dan mencegah menggenangnya air di dalam kandang. Bahan-bahan
dan konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama sehingga tidak cepat rusak
ataupun membahayakan pekerja (Priatno, 2004).
·
Peralatan
kandang
Peralatan kandang yang
vital seperti tempat pakan (feeder), tempat minuman (drinker), pemanas, seng
pelindung anak ayam (chick guard), layar/tirai penutup kandang dan alat semprot
desinfektan (sprayer) harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Sebab jika
peralatan tersebut kurang dari kebutuhan berdasarkan jumlah ayam yang
dipelihara, dapat menimbulkan problem- problem (Priatno, 2004) :
1.
Berat badan standar akan sulit tercapai. Jumlah ayam yang kerdil
akan tinggi.
2.
Problem penyakit yang timbul akan lebih sering dan sulit untuk
diatasi.
3. Angka kematian tinggi serta kualitas rata-rata
ayam ecara keseluruhan akan jelek.
·
Anak Ayam
DOC
Anak ayam umur sehari (DOC) yang baik
mempunyai ciri-ciri : bulu kering dan bersih, berat tidak dibawah standar
(minimal ± 39 gr/ekor), lincah, tidak mempunyai cacat tubuh dan tidak
menunjukkan adanya penyakit-penyakit tertentu seperti ompalitis, ngorok ataupun
pullorum yang dapat dilihat dari adanya kotoran berwarna putih (Anonim, 2000).
·
Pakan
Pakan yang baik adalah
yang cukup mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ayam (protein,
lemak, abu, serat kasar, energi, vitamin dan asam-asam amino).Hal ini dapat
dilihat dari standar kebutuhan zat-zat makanan pada masing-masing eriode
pemeliharaan yang dapat dipenuhi oleh pakan tersebut. Yang juga tidak kalah
penting tapi sering terlupakan adalah pakan tersebut harus tidak menyebabkan
diare, sebab diare dapat menyebabkan litter menjadi basah sehingga konsentrasi
amoniak di dalam kandang meningkat. Pada akhirnya dapat menimbulkan penyakit
dan problem berat badan (Anonim, 2002).
·
Obat-obatan
Meliputi antibiotika,
vaksin dan vitamin yang dibutuhkan untuk membantu mempertahankan kesehatan
ayam, ataupun mengobati ayam bila terserang penyakit.
Pemilihan dan pemakaian obat-obatan yang digunakan harus
tepat sesuai dengan kasus yang dihadapi. Oleh sebab itu, diagnosa penyakit
tidak boleh salah untuk keefektifan terapi pengobatan yang dijalankan. Yang wajib
untuk dipahami peternak, adalah obat-obatan ini hanya sebagai pendukung, bukan
faktor utama yang menyebabkan ayam menjadi sehat. Sebab, faktor utama untuk
menghasilkan ayam yang sehat adalah sanitasi dan tata laksana pemeliharaan yang
benar. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan bermanfaat banyak bila
sanitasi dan manajemen pemeliharannya buruk. Malah dapat menimbulkan kerugian,
karena problem penyakit akan sering muncul dan sulit untuk diatasi, yang pada akhirnya
biaya produksi menjadi tinggi (Anonim, 2011).
·
Manajemen
pemeliharaan
Faktor-faktor di atas
dapat berfungsi dengan baik bila manajemen atau tatalaksana pemeliharaan yang
dijalankan benar. Manajemen yang baik akan meningkatkan efisiensi faktor-faktor
produksi, sehingga memperkecil beban pengeluaran, yang pada akhirnya dapat
memperbesar keuntungan yang diperoleh (Cahyono, 1995).
·
Pemasaran
Akhir dari masa
pemeliharaan ayam broiler akan bermuara pada pemasaran, sehingga tahap
pemasaran ini tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan suatu usaha. Akan
sia-sia kerja yang baik apabila penanganan pemasaran broilernya dilakukan
kurang rapi dan terencana karena dapat mengurangi perolehan peternak. Pemasaran
yang baik adalah yang tepat waktu, memakan waktu yang sesingkat-singkatnya dan
dengan harga jual yang relatif tinggi. Akan tetapi harga jual di sini tentu
saja mengikuti pasaran yang berlaku. Oleh sebab itu, faktor ketepatan waktu dan
lamanya proses pengangkatan ayam dari kandang sangat penting diperhatikan.
Pemasaran yang terlambat, walau hanya satu-dua hari, akan memperbesar biaya
produksi terutama untuk pakan. Sedang proses pengangkutan ayam dari kandang
yang berlarut-larut akan menimbulkan stres pada ayam sehingga akhirnya akan
meningkatkan angka kematian, yang tentu saja menjadi beban peternak. Ayam Pedaging (Broiler) adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat
sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat (5-7 minggu).
peranannya yang penting sebagai sumber protein hewani. Pemberian Vitamin
Organik untuk Budidaya Ternak Ayam berupaya membantu peningkatan produktivitas,
kuantitas, kualitas dan efisiensi usaha peternakan ayam broiler secara alami
(non Kimia) (fadilla, 2007). .
BAB III
PEMBAHASAN
Peternakan
Bapak Ancu Peternakan Bunga Jaya terletak di daerah Kodim Kabupaten
Sidrap yang berdiri pada tanggal 9 Maret 2007. Setelah melakukan Tanya jawab
terhadap beliau, bebarapa informasi telah diperoleh yang diantaranya yaitu :
Ø
Perkandangan dan Populasi
Jumlah kandang yang dimiliki
sebanyak 2 kandang, yang masing-masing kandang berukuran 16 petak dan 12 petak.
Populasi ayam pada kandang yang berukuran 16 petak dihuni sebanyak kurang lebih
4000 ekor, sedangkan yang berukuran 12 petak dihuni kurang lebih 3000 ekor.
Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai
batere dan alasnya dibuat berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah
tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing terkontrol, memudahkan
tata laksana, penyebaran penyakit tidak mudah. Lantai kandang
menggunakan sistem litter berbahan sekam padi. Litter adalah
hamparan alas kandang yang berguna sebagai alas tidur, penghangat bagi ayam dan
mengurangi kelembaban lantai kandang. Ketebalan sekam padi sekitar 15-20
cm.
Ø
Pemberian Pakan dan Minum
Dalam
sehari ayam diberi makan 3 kali. Dimana aturan pemberian makan adalah sebagai
berikut :
Usia ayam 1-20 : diberi pakan BP 11
Usia ayam 20-panen : diberi pakan BP 12
Tempat pakan yang digunakan terbuat dari bahan yang sesuai
dengan umur ayam, tidak mudah kotor dari feses ayam, mudah dicapai ayam, pakan
yang tersedia sesuai dengan jumlah ayam agar tidak terjadi perebutan pakan, dan
praktis. Tempat pakan ada dua jenis, yaitu tempat pakan yang berbentuk piring dan bulat.
Pemberian minum pada ayam broiler
atau pedaging menggunakan air yang ditambahkan dengan Vitachink. Pemberian
minum ini sangat penting, diharapakan agar tempa minum ayam tidak pernah
kosong. Air
minum yang disediakan harus selalu dalam keadaan bersih, dingin atau segar.
Guna menjaga kebersihan dan kesegaran air minum, air harus sering diganti agar
air tidak basi.
Ø Vaksinasi dan Penyemprotan
Vaksin yang diberiakan dipeternakan ini terhadap ayam
Broiler yaitu :
1. Vaksin Tetes Mata (umur 1 minggu)
menggunakan Gumboro
Vaksin di teteskan pada salah satu mata dengan menggunakan
pipet. Jarak antara unjung pipet dengan mata 1 cm. pada saat ditetes, mata
harus terbuka sehingga vaksin bisa masuk dan meresap. Untuk itu, maka harus
ditunggu agar mata yang habis ditetas itu dipejamkan. Mengenai dosis vaksinasi
dengan cara ini cukup 1-2 tetes/ekor.
2.
Vaksin bawah kulit (umur 2 minggu)
menggunakan ND
Vaksin ini dilakukan dengan cara
menyuntikkan bagian belakang leher, namun penyuntikan ini diharapkan tidak
sampai kdaging.
Sealai
vaksinasi penyemprotan juga dilakukan,
yaitu dengan cara mengisi tangki dengan air yang dicampur dengan desinvektan.
Dengan perbandingan 1:15 liter air. Penyemprotan dilakukan dengan merata.
Ø
Penyakit dan Penanganannya
Berak
Kapur (Pullorum)
Penyakit ini mudah terlihat dari
warna kotoran yang ada terlihat diare pada ayam berwarna putih dan setelah
kering menjadi serbuk putih. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella
pullorum. Kematian dapat terjadi setelah ayam 4 hari terinfeksi. Penularannya
melalui kotoran. Pengobatan penyakit ini belum begitu memuaskan.
Obat-obatan untuk mengatasi penyakit
pada ayam broiler antara lain antibiotik, vaksin, dan vitamin. Sebenarnya
obat-obatan adalah pendukung. Sanitasi dan tata laksana pemeliharaan yang benar
adalah yang utama. Obat-obatan yang bagus dan mahal tidak akan ada gunanya
apabila manajemen pemeliharaannya buruk.
Ø
Panen
Panen adalah tahap akhir dalam
proses pemeliharaan ayam pedaging. Disinilah akan diketahui berhasil dan
tidaknya usaha beternak ayam pedaging
Panen dilakukan pada saat umur ayam mencapai 5-7
minggu, dan biasanya bobot ayam yang dimiliki Bapak Ancu berkisar 1,7-2
kg/ayam. Ayam yang tidak sampai bobot sekian, akan dipisahkan dimana kata
lainnya adalah pensortiran.
Agar suasana
kerja saat memanen ayam menjadi nyaman, gantung tempat pakan dan minum sehingga
tidak banyak pakan dan air minum yang tumpah saat ayam dipanen, terutama saat
proses penyekatan ayam. Pada proses penyekatan ayam lakukanlah secara bertahap
agar ayam yang dipanen tidak lumpuh karena lemas. Hal ini sangat perlu
dilakukan karena dapat berakibat ayam mati menumpuk (over lapping). Jangan
menangkap ayam secara kasar karena bisa menyebabkan memar, tulang sayap dan
kaki patah bahkan bisa menyebabkan ayam mati karena stres. Habiskan ayam dalam
satu seketan, jangan pergunakan sistem tangkap pilih untuk menangkap ayam saat
memanen. Setelah proses panen selesai, kandang dan peralatan dibersihkan
sesegera mungkin.
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Populasi tiap kandang harus sesuai
dengan luas kandang yang ideal, agar tidak terjadi kepadatan dalam kandang
tersebut.
2. Pemberian pakan dan minum, merupakan
salah satu poin penting dalam menjalani usaha peternakan. Pemberian pakan dan
minum yang baik akan memberiakan hasil yang memuaskan.
3. Vaksinansi dilakukan agar ayam dapat
terhindar dari berbagai penyakit yang mungkin akan menyerang pada ayam
tersebut.
4. Penularan penyakit pada ayam
biasanya melalui kotoran.
5. Ayam Broiler akan dipanen saat umur
5-7 minggu denagn berat berkisar 1,7-2 kg/ayam.
IV.2. Saran
Sekiranya
setiap yang bersangkutan dalam pemberian informasi dapat memberiakan
informasinya dengan senang hati, dan mau bekerja sama dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Andri. 1994. Pedoman Teknis Budidaya Ayam Broiler. http//: Budidaya Ayam
Petelur.html. Diakses pada tanggal 24 November 2013 pada pukul
19.55 WITA.
Anonim. 2002. Sentra peternakan dan usaha www.google.com sentra. Diakses pada tanggal 23 November 2013 pada pukul 19.00
WITA.
Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler).
Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.
Fadillah. R,
2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka:. Ciganjur.
Khaeruddin. 2009. Sejarah singkat ayam Pedaging. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 22 November 2013 pada pukul 19.50
WITA.
Priatno,
Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta.