Selasa, 27 Mei 2014

[Tao] Yo~ Okay~ Sexy~~
[Kai] Neo hokshi molla gyeonggo haneunde ([Xiumin] Jaldeureo)
Jigeum wiheomhae ([Xiumin] So dangerous)
[Sehun] Jakku nareul jageug hajima
nado nal molla
[Baekhyun] Summi jakku meotneunda
niga nal hyanghae georeo onda
[Chen] Nareul bomyeo utneunda
neodo naege kkeulli neunji
[Baekhyun&Kai] Nun api dakkam kkamhae
[Baekhyun] Niga tturheo jyeora chyeoda bolttae
[Xiumin] Gwit gae gakka wojin sum sori
[Chen] Nalmichige mandeuneun neoin geol
[Baekhyun] Amudo neol motboge ([Tao] Jeolttae)
pume gamchugo shipeo ([Tao] I’m so serious)
[Xiumin] Nuni neol boneun
shiseondeul nae ane ireona
[Chen] Geojin soyongdolie
[All] Geomjeong geurimja nae ane kkae eona
neol boneun du nune bul kkochi nuntteo
geu nyeo gyeoteseo moduda mulleona
ijen jogeum sshik sana woji nikka
[All] Na eureureong eureureong eureureong dae
na eureureong eureureong eureureong dae
na eureureong eureureong eureureong dae
[Tao] Da mulleo seoji anheumyeon dachyeodo molla
[D.O] Na ison nunbitgwa
beil deutan ginjang gam
jigeum geomsaek jungya
neoui juwireul Baby~
[Suho] Neon geunyang geudaero isseo
namaneul bara bomyeonseo
jeolttae neol bonaeji anha
dugobwa Baby~
[Luhan] Heurin gonggan sogeseo
([D.O] Heurin gonggan sogeseo)
seonmyeong hage bit naneun
([D.O] Seonmyeong hage bit naneun)
nuni bushin seongdeul nae ane ullineun
[D.O] Gyeong boullim sori
[All] Geomjeong geurimja nae ane kkae eona
neol boneun du nune bul kkochi nuntteo
geu nyeo gyeoteseo moduda mulleona
ijen jogeum sshik sana woji nikka
[All] Na eureureong eureureong eureureong dae
na eureureong eureureong eureureong dae
na eureureong eureureong eureureong dae
[Kris] Da mulleo seoji anheumyeon dachyeodo molla
[Sehun] E.X.O
[Chanyeol] Yeah tto dareun neugdae deuri bol saera
neomuna wanbyeoghan nae yeojara
pum soge budeureobge neorango
neomaneul wihae naneun nanpoghae jigo
[Kai] Gyeolgugen ganghan jaga
eodge doeneun miin
jariga eobseu nikka geunyang doraga
[Kris] Ganeung seong jeroya
geureo nikka geumanbwa
[Lay] Geu nyeoreul neombon damyeon
nareul meonjeo neomeobwa
[Luhan] Uri mankeum hana dul sshik
jiwo beori janha
[Baekhyun&Suho&Chen] Neo hanago naman yeogi nama
meomchwojin deushi
[Chen] Yeahhhhhh~
[All] Geomjeong geurimja nae ane kkae eona
neol boneun du nune bul kkochi nuntteo
geu nyeo gyeoteseo moduda mulleona
ijen jogeum sshik sana woji nikka
[All] Na eureureong eureureong eureureong dae
na eureureong eureureong eureureong dae
na eureureong eureureong eureureong dae
[Lay] Da mulleo seoji anheumyeon dachyeodo molla
[All] Na eureureong eureureong eureureong dae
na eureureong eureureong eureureong dae
na eureureong eureureong eureureong dae
[Kai] Da mulleo seoji anheumyeon dachyeodo molla

Senin, 26 Mei 2014

MAKALAH SOSIOLOGI PETERNAKAN-MODAL SOSIAL DALAM BIDANG PETERNAKAN


MAKALAH SOSIOLOGI PETERNAKAN



MODAL SOSIAL DALAM BIDANG
 PETERNAKAN


OLEH

NAMA                       : INDRAWATI BASMAR
NIM                            : I111 13 007
KELAS                      : A (GANJIL)











FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri judul ”Modal Sosial Dalam Bidang Peternakan”.
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai sumber, baik dari buku maupun dari internet. Berkat sumber tersebut semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


Makassar, 27 April 2014


Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................    i
DAFTAR ISI ..................................................................................................    ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................    1
I.1. Latar Belakang ..........................................................................................    1
I.2. Rumusan Masalah .....................................................................................    2
I.3. Tujuan ........................................................................................................    2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................    3
II.1. Pengertian Modal Sosial ..........................................................................    3
II.2. Peran Modal Sosial Dalam Bidang Peternakan .......................................    6
II.3. Contoh Peranan Modal Sosial Dalam Bidang Peternakan ......................    7
BAB III PENUTUP .......................................................................................    10
III.1. Kesimpulan .............................................................................................    10
III.2. Saran .......................................................................................................    10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................    11




BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Dewasa ini, bangsa kita mengalami berbagai perubahan sosial sebagai akibat dari aneka krisis yang menimpa (krisis moneter, krisis politik, krisis kepercayaan, dan lain-lain) tampaknya semua karakter sosial yang melekat dalam diri kita dan pernah diagung-agungkan itu, mulai berangsur-angsur hilang dan bahkan kita mulai menampakkan karakter sosial yang bengis dan menakutkan. Dalam berbagai bidang sepertinya semua sudah tidak berada lagi pada jalan yang benar. Harusnya modal social dapat merubah image buruk ini.
Dalam bidang Peternakan modal sosial sangat berperan penting dalam pembangunannya. Karena modal sosial memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat masyarakat modern. Dan harusnya jika sepertiini Peternakan yang ada di Indonesia dapat berkembang dengan pesat.
Salah satu bagian dari modal sosial yang sangat berpengaruh dewasa ini adalah modal sosial kepercayaan (trust) yang dapat memberikan andil yang besar dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Misalnya dalam pembentukan kelompok tani ternak harus ada kepercayaan sesame anggotanya. Ikatan-iktan sosial yang ada dalam masyarakat harus direkatkan dengan kepercayaan.  Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya. Jika warga masyarakat  saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada  nilai-nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya. Hal inilah yang menjadi latar belakang dari pembuatan mengenai “Modal Sosial Dalam Bidang Peternakan”.



I.2. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan modal sosial ?
2.      Bagaimana peran modal sosial dalam bidang peternakan ?
3.      Apa contoh modal sosial dalam bidang peternakan ?

I.3. Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian modal social
2.      Untuk mengetahui peran modal social dalam bidang peternakan
3.      Untuk mengetahui contoh modal social dalam bidang peternakan.





BAB II
PEMBAHASAN

II.1  Definisi Modal Sosial
Definisi modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerja sama, demi menjadi tujuan tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan organisasi (Coleman, 1999). atau secara lebih konperehensif (Burt, 1992) mendefinisikan, modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk berasosiasi berhubungan antara satu dengan yang lain dan selanjutnya menjadi kekuatan penting dalam ekonomi dan aspek eksistensi sosial lainnya.
Menurut (Burt, 1992) kemampuan asosiasi pada masyarakat tergantung dari kondisi masyarakat dapat saling berbagi untuk tercapainya sebuah titik temu norma – norma serta nilai nilai dalam kehidupan bersama. Kesepakatan bersama ini nantinya akan berdiri diatas kepentingan kepentingan individu masing masing dan pada akhirnya kepentingan komunitas masyarakat tersebutlah yang menjadi acuan.
Modal sosial dibentuk dari kehidupan masyarakat tradisional, dan dibentuk setiap hari oleh warga dan organisasi organisasi dalam masyarakat kapitalis modern. Modal sosial akan lebih berkembang ketika teknologi semakin berkembang, organisasi organisasi struktur hirarki semakin bersifat merata (horizontal), dan hirarki dari sistem usaha digantikan oleh jaringan (Fukuyama, 2005). Modal sosial merupakan seperangkat norma norma atau nilai nilai yang terbentuk secara informal. Umumnya norma norma yang terbentuk secara informal, yakni tidak terulis dan diumumkan. Sedangkan norma yang dibentuk melalui wewenang hierarkis lebih menujukan kepada bentuk hukum tertulis.
Diantara norma norma sosial, mulai norma hierarkis hingga norma spontan, ada pula hadir norma yang lain dari rasional hingga norma arasional. Sehingga akan terbentuk sebuah gabungan poros norma menjadi empat bilik norma.
Penggunaan kata rasional merujuk kepada realitas bahwa norma norma alternatif terbentuk melalui proses perdebatan panjang serta membandingkannya terlebih dahulu. Dalam proses pembuatan norma norma rasional, terjadilah diskusi rasional yang dapat menghadirkan konsekuensi – konsekuensi buruk bila tidak menampung kepentingan kelompok kelompok perumus norma ini. Sedangkan norma norma arasional menjadi begitu vital perannya, seperti dukungan aspek moral dan agama turut mendukung tatanan sosial pertumbuhan ekonomi.
Modal sosial sebagai hubungan yang tercipta dari norma sosial yang menjadikan hal ini sebagai perekat sosial, yaitu terciptanya sebuah kesatuan dalam anggota kelompok secara bersama-sama. Pada jalur yang sama (Solow, 1999) mendefinisikan, modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk menghasilkan kontribusi besar terhadap keberlanjutan produktivitas.
Modal sosial adalah sebagai setiap hubungan hubungan yang terjadi dan himpun oleh suatu kepercayaan, kesaling pengertian, dan nilai-nilai bersama yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama dapat dilakukan secara efisien dan efektif, (Cohen dan Prusak L, 2001). Senada dengan Cohen dan Prusak L, (Hasbullah, 2006) menjelaskan, modal sosial merupakan segala sesuatu dimana dalam masyarakat tersebut bersama sama menuju kepada kemajuan dan perubahan yang pada dasarnya ditopang oleh norma – norma seperti kepercayaan.
Modal sosial awalnya dipahami sebagai suatu bentuk di mana masyarakat menaruh kepercayaan terhadap komunitas dan individu sebagai bagian didalamnya. Mereka membuat aturan kesepakatan bersama sebagai suatu nilai dalam komunitasnya. Di sini aspirasi masyarakat mulai terakomodasi, komunitas dan jaringan lokal teradaptasi sebagai suatu modal pengembangan komunitas dan pemberdayaan masyarakat.
Modal sosial merupakan kekuatan yang mampu membangun civil community yang dapat meningkatkan pembangunan partisipatif, dengan demikian basis modal sosial adalah trust, idiologi dan religi. Modal sosial dapat dicirikan dalam bentuk kerelaan individu untuk mengutamakan keputusan komunitas, Dampak dari kerelaan ini akan menumbuhkan interaksi kumulatif yang menghasilkan kinerja yang mengandung nilai sosial.
Manusia belum disebut manusia yang sebenarnya, bila ia tidak ada dalam suatu masyarakat, karena itu pula maka manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia pada dasarnya tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya dengan baik tanpa hidup bermasyarakat. Sejak lahir, manusia membutuhkan pertolongan manusia lain, sampai dewasa dan meninggal (dan dikubur), ia pun tetap membutuhkan manusia lain. Kemandirian manusia tidak diartikan sebagai hidup sendiri secara tunggal, tapi hidup harmonis dan adaptif dalam tatanan kehidupan bersama. Seperti yang dikemukakan oleh Fairchild (1980) masyarakat merujuk pada kelompok manusia yang memadukan diri, berlandaskan pada kepentingan bersama, ketahanan dan kekekalan/kesinambungan.
Kebersamaan, solidaritas, toleransi, semangat bekerjasama, kemampuan berempati, merupakan modal sosial yang melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Hilangnya modal sosial tersebut dapat dipastikan kesatuan masyarakat, bangsa dan negara akan terancam, atau paling tidak masalah-masalah kolektif akan sulit untuk diselesaikan. Kebersamaan dapat meringankan beban, berbagi pemikiran, sehingga dapat dipastikan semakin kuat modal sosial, semakin tinggi daya tahan, daya juang, dan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Tanpa adanya modal sosial, masyarakat sangat mudah diintervensi bahkan dihancurkan oleh pihak luar.
Sebenarnya ada dua macam modal sosial, sebagaimana diulas oleh McElroy, Jorna dan Engelen (2006), yaitu modal sosial yang psiko-sentris, dan modal sosial yang sosio-sentris. Modal psiko-sentris berbentuk kemampuan seseorang dalam memanfaatkan jaringan atau relasi sosial untuk melakukan sesuatu. Istilah sehari-harinya, orang yang punya modal sosial psiko-sentris ini adalah “orang gaul”, pergaulannya luas, banyak teman, suka nraktir (dan ditraktir) , dan pandai memanfaatkan hubungannya untuk memperlancar urusan. Kadang bentuk kemampuan ini dilihat secara rada sinis, karena orang yang memilikinya cenderung terlihat suka berkolusi dan pandai “memanfaatkan teman”. Padahal seringkali kemampuan bergaul ini bersifat positif dan memang diperlukan di segala bidang (tidak hanya bisnis atau politik).
Modal sosial akan tampak lebih “netral” jika kita melihatnya sebagai modal yang sosio-sentris. Dalam bentuk sosio-sentris, modal ini terlihat sebagai sebuah tindakan kolektif yang di dalamnya mengandung hubungan-hubungan pribadi.

II.2. Peran Modal Sosial Dalam Bidang Peternakan
Modal sosial (social capital) adalah salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Peranan modal sosial, tidak kalah pentingnya dengan infrastruktur ekonomi lainnya, sehingga upaya untuk membangun modal sosial perlu diprioritaskan demi kesuksesan pembangunan ekonomi. Pembentukan modal sosial dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks), norma (norms), dan kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi kolaborasi (koordinasi dan kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama.
Penyebab kemiskinan yang terjadi di perdesaan tentu saja sangat kompleks dan saling terkait. Penyebab kemiskinan tersebut antara lain:
1.      Rendahnya kualitas sumberdaya manusia, baik motivasi maupun penguasaan manajemen dan teknologi.
2.      Pelembagaan yang belum mampu menjalankan dan mengawal pelaksanaan pembangunan.
3.      Prasarana dan sarana yang belum merata dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
4.      Sulitnya mengakses sumberdaya permodalan.
5.      Berbelitnya prosedur dan peraturan yang ada.
Kelemahan-kelemahan ini menyebabkan penduduk miskin tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada sehingga potensi dan peluang ekonomi yang ada hanya dimanfaatkan oleh kelompok yang kaya dan mampu. Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh rumah tangga peternak miskin dalam meningkatkan
produktivitas dan daya saing mereka adalah sulitnya mengakses sumberdaya permodalan dari lembaga keuangan yang ada di perdesaan. Dalam disertasi doktoral Krisna Wijaya (2010) yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Nasabah, Kondisi Perekonomian, dan Pembinaan Nasabah terhadap Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) di BRI Cabang Sleman”, ia menemukan fenomena menarik bahwa faktor modal sosial yang berupa keeratan hubungan komunitas, nilai, dan budaya menjadi kunci keberhasilan kredit mikro. Bahkan, kepercayaan yang terbangun tersebut dapat mengatasi kendala informasi asimetris dan adverse selection, sehingga terjadi perbaikan akses bagi pelaku usaha mikro di pedesaan. Modal sosial juga menjadi barriers to entry (penghalang) bagi bank-bank lain untuk masuk ke segmen ini. Konsep modal sosial dalam dunia peternakan dapat diimplementasikan melalui pola-pola kemitraan.
Penyebab terjadinya kemiskinan di pedesaan tentu saja sangat kompleks dan saling terkait. Penyebab kemiskinan tersebut antara lain adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia baik motivasi maupun penguasaan manajemen dan teknologi, kelembagaan yang belum mampu menjalankan dan mengawal pelaksanaan pembangunan, parsarana dan sarana yang belum merata dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan, sulitnyan mengakses sumber daya permodalan, dan berbelitnya prosedur dan peraturan yang ada. Kelemahan-kelemahan ini menyebabkan penduduk miskin tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada sehingga potensi dan peluang ekonomi yang ada hanya memanfaatkan oleh kelompok yang kaya dan mampu.
Konsep modal sosial dalam dunia peternakan dapat diimplementasikan  melalui pola-pola kemitraan. Dengan adanya perjanjian contract forming (CF) berarti telah dicapai satu pelaku untuk melakukan tindakan yang memiliki nilai ekonomi kepada pihak lain. Kunci kesuksesan pelaksanaan CF dalam peternakan ayam ras misalnya terletak kepada terbinanya rasa saling percaya di antara para pelaku ekonomi yang terlibat dan tidak kalah penting adalah sifat hubungan antara para pelaku harus lebih mengedepankan hubungan persatuan dan bukan hubungan yang saling bersaing satu sama lain. Salah satu penerapan modal sosial yang lain dalam bentuk CF adalah adanya kerjasama antara para peternak sapi dengan investor perorangan/ kelompok/ lembaga dengan pola bagi hasil penggemukan sapi dalam rangka memperoleh nilai tambahan.

II.3. Contoh Peranan Modal Sosial Dalam Bidang Peternakan
Setiap peternak yang memelihara ternak untuk dijual atau dikomersilkan selalu mengharapkan dapat memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya tertentu. Hal ini merupakan prinsip ekonomi yang sudah mengakar pada setiap orang yang melakukan usaha, baik usaha pertanian, peternakan maupun usaha komersil yang lain. Saat ini yang menjadi prioritas dan menjadi perhatian adalah kepada aspek modal finansial. Dimana diatur sedemikian rupa untuk dapat memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Seperti, penggunaan investasi yang tepat, menentukan fungsi produksi, fungsi keuntungan, efisiensi usaha dan kelayakan usaha.
Jika kita mengamati dengan cermat, sebetulnya suatu pembangunan dapat berjalan dengan lancer dan maju jika sebagian warga negara menggunakan modal finansial dengan diimbangi modal social. Modal finansial adalah sejumlah uang yang dapat digunakan untuk membeli fasilitas dan alat-alat produksi perusahaan saat ini (misalnya pabrik, mesin, peralatan, kantor, kendaraan) atau sejumlah uang yang dihimpun atau ditabung untuk investasi dimasa depan (Suharto, 2007). Modal finansial ini mempunyai konsep yang mudaj dipahami oleh semua orang, bahkan orang yang tidak mengenyam pendidikan formal juga dapat memahami konsep modal finansial ini.
Saat ini mulai ramai dikembangkan penelitian-penelitian mengenai modal sosial. Peneliti ingin menggugah kesadaran masyarakat bahwa modal sosial tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan modal finansial. Modal sosial ini memerlukan pemahaman yang lebih dibandingkan dengan modal finansial. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas (Suharto, 2007). Jadi modal sosial dapat diukur dari hasil interaksi dan pengukurannya memerlukan ketelitian yang lebih. Modal sosial yang diantaranya terdiri dari kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui beragam mekanisme (Blakeley dan Suggate, 1998; Suharto 2005a, Suharto 2005b). Sebagian besar orang dapat memahami modal sosial jika diberikan contoh-contohnya dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh aplikatifnya yaitu:
Ternak sapi potong merupakan ternak yang menjadi andalan bangsa Indonesia. Hal tersebut didukung dengan rencana pemerintah dalam mencanangkan program swasembada daginng. Sehingga bangsa Indonesia tercukupi kebutuhan akan protein hewani dengan meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging. Jumlah kebutuhan 6 gram protein hewani dapat tercukupi. Daging sapi merupakan daging pilihan masyarakat dibandingkan dengan dari daging ayam.
Ternak sapi potong banyak dibudidayakan oleh masyarakat mengingat kebutuhan akan daging tidak pernah menurun dan nilai dari daging umumnya selalu stabil. Masyarakat peternak Indonesia lebih banyak yang mengusahakan penggemukan sapi potong (fattening) karena pemeliharaan relatif mudah dan cepat yaitu sekitar 4 sampai 7 bulan. Peternak membeli sapi bakalan kemudian digemukkan dan setelah 4 sampai 7 bulan dijual untuk dipotong. Jenis sapi yang biasa digemukkan yaitu Simmental, Peranakan FH dan Peranakan Ongole.
Peternak sapi potong rakyat umumnya membentuk kelompok tani ternak dalam melakukan aktivitas usahanya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peternak dalam adopsi teknologi baru, perkembangan harga ternak, pakan, pemeliharaan, kesehatan dan lain sebagainya. Dalam kelompok inilah kelihatan nyata sekali modal sosial yang dimiliki peternak dapat diukur. Peternak dengan modal sosial yang tinggi cenderung akan berusaha lebih baik, sehingga pendapatan yang diterima tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Priyono (2008) yang menyatakan bahwa ikatan sosial (modal sosial) memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendapatan dan efisiensi ekonomi usaha ternak sapi potong. Semakin tinggi modal sosial, maka berkorelasi positif dengan pendapatan dan efisiensi ekonomi usaha. Sehingga apabila modal finansial dan modal sosial dilakukan secara seimbang, maka pembangunan ekonomi masyarakat dapat maju



BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk berasosiasi berhubungan antara satu dengan yang lain dan selanjutnya menjadi kekuatan penting dalam ekonomi dan aspek eksistensi sosial lainnya. Modal social sangat berperan penting dalam pembangunan peternakan. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas (Suharto, 2007). Jadi modal sosial dapat diukur dari hasil interaksi dan pengukurannya memerlukan ketelitian yang lebih. Modal sosial yang diantaranya terdiri dari kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui beragam mekanisme.

III.2. Saran
            Penulis harapkan agar kiranya makalah ini dimanfaatkan sebaik-baiknya, baik itu dalam belajar maupun jika ingin diaplikasikan. Serta agar pembaca tidak hanya membaca dari satu sumber saja agar dapat menambah ilmu sehingga tidak berpatok pada makalah ini saja.



DAFTAR PUSTAKA

Soekamto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: CV. Rajawali.
Sugiyanto. 2002. Lembaga Sosial. Jogyakarta: Global Pustaka Utama.
Priyono. 2009. Peranan Modal Sosial Dalam Usaha Ternak Sapi Potong.  http://www.ilmupeternakan.com/2009/06/peranan-modal-sosial-dalam-usaha-ternak.html. Diakses pada tanggal 27 April 2014 pukul 20.10 WITA.
Tomket, Badrul. 2012. MakalahModal Sosial. http://mamikghubatras.blogspot. com/2012/07/makalah-modal-sosial.html. Diakses pada tanggal 27 April 2014 pukul 20.15 WITA.