MAKALAH
SOSIOLOGI PETERNAKAN
MODAL
SOSIAL DALAM BIDANG
PETERNAKAN
OLEH
NAMA : INDRAWATI BASMAR
NIM : I111 13 007
KELAS
: A (GANJIL)
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah.. Puji
syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian
hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang penulis beri judul ”Modal
Sosial Dalam Bidang Peternakan”.
Dalam penyusuna makalah
ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai sumber, baik dari buku
maupun dari internet. Berkat sumber tersebut semua kesuksesan ini dimulai, dan
semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan
tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini
tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan
akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Makassar, 27 April 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
.................................................................................. i
DAFTAR ISI
.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
............................................................................. 1
I.1.
Latar Belakang .......................................................................................... 1
I.2.
Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
I.3.
Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
............................................................................... 3
II.1.
Pengertian Modal Sosial .......................................................................... 3
II.2.
Peran Modal Sosial Dalam Bidang
Peternakan ....................................... 6
II.3.
Contoh Peranan Modal Sosial Dalam Bidang
Peternakan ...................... 7
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 10
III.1.
Kesimpulan ............................................................................................. 10
III.2.
Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Dewasa ini, bangsa
kita mengalami berbagai perubahan sosial sebagai akibat dari aneka krisis yang
menimpa (krisis moneter, krisis politik, krisis kepercayaan, dan lain-lain)
tampaknya semua karakter sosial yang melekat dalam diri kita dan pernah
diagung-agungkan itu, mulai berangsur-angsur hilang dan bahkan kita mulai
menampakkan karakter sosial yang bengis dan menakutkan. Dalam berbagai bidang
sepertinya semua sudah tidak berada lagi pada jalan yang benar. Harusnya modal
social dapat merubah image buruk ini.
Dalam
bidang Peternakan modal sosial sangat berperan penting dalam pembangunannya.
Karena modal sosial
memegang peranan yang sangat penting dalam memfungsikan dan memperkuat
masyarakat modern. Dan harusnya jika sepertiini Peternakan
yang ada di Indonesia dapat berkembang dengan pesat.
Salah satu
bagian dari modal sosial yang sangat berpengaruh dewasa ini adalah modal sosial
kepercayaan (trust) yang dapat memberikan andil yang besar dalam
pembangunan ekonomi masyarakat. Misalnya dalam pembentukan kelompok tani ternak
harus ada kepercayaan sesame anggotanya. Ikatan-iktan sosial yang ada dalam
masyarakat harus direkatkan dengan kepercayaan. Modal dasar dari adanya
ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau
organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila
ada kerjasama di antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan
baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya. Jika warga masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang
didasarkan kepada nilai-nilai universal
yang ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling
menindas dan sebagainya. Hal inilah yang menjadi latar belakang dari pembuatan mengenai
“Modal Sosial Dalam Bidang Peternakan”.
I.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan modal
sosial ?
2. Bagaimana peran modal sosial dalam
bidang peternakan ?
3. Apa contoh modal sosial dalam bidang
peternakan ?
I.3.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian modal social
2.
Untuk
mengetahui peran modal social dalam bidang peternakan
3.
Untuk
mengetahui contoh modal social dalam bidang peternakan.
BAB
II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi Modal Sosial
Definisi modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk
bekerja sama, demi menjadi tujuan tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok
dan organisasi (Coleman, 1999). atau secara lebih konperehensif (Burt, 1992)
mendefinisikan, modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk berasosiasi
berhubungan antara satu dengan yang lain dan selanjutnya menjadi kekuatan
penting dalam ekonomi dan aspek eksistensi sosial lainnya.
Menurut (Burt, 1992) kemampuan asosiasi pada masyarakat
tergantung dari kondisi masyarakat dapat saling berbagi untuk tercapainya
sebuah titik temu norma – norma serta nilai nilai dalam kehidupan bersama.
Kesepakatan bersama ini nantinya akan berdiri diatas kepentingan kepentingan
individu masing masing dan pada akhirnya kepentingan komunitas masyarakat
tersebutlah yang menjadi acuan.
Modal sosial dibentuk dari kehidupan masyarakat tradisional,
dan dibentuk setiap hari oleh warga dan organisasi organisasi dalam masyarakat
kapitalis modern. Modal sosial akan lebih berkembang ketika teknologi semakin
berkembang, organisasi organisasi struktur hirarki semakin bersifat merata
(horizontal), dan hirarki dari sistem usaha digantikan oleh jaringan (Fukuyama,
2005). Modal sosial merupakan seperangkat norma norma atau nilai nilai yang
terbentuk secara informal. Umumnya norma norma yang terbentuk secara informal,
yakni tidak terulis dan diumumkan. Sedangkan norma yang dibentuk melalui
wewenang hierarkis lebih menujukan kepada bentuk hukum tertulis.
Diantara norma norma sosial, mulai norma hierarkis hingga
norma spontan, ada pula hadir norma yang lain dari rasional hingga norma
arasional. Sehingga akan terbentuk sebuah gabungan poros norma menjadi empat
bilik norma.
Penggunaan kata rasional merujuk kepada realitas bahwa norma
norma alternatif terbentuk melalui proses perdebatan panjang serta
membandingkannya terlebih dahulu. Dalam proses pembuatan norma norma rasional,
terjadilah diskusi rasional yang dapat menghadirkan konsekuensi – konsekuensi
buruk bila tidak menampung kepentingan kelompok kelompok perumus norma ini.
Sedangkan norma norma arasional menjadi begitu vital perannya, seperti dukungan
aspek moral dan agama turut mendukung tatanan sosial pertumbuhan ekonomi.
Modal sosial sebagai hubungan yang tercipta dari norma
sosial yang menjadikan hal ini sebagai perekat sosial, yaitu terciptanya sebuah
kesatuan dalam anggota kelompok secara bersama-sama. Pada jalur yang sama
(Solow, 1999) mendefinisikan, modal sosial sebagai serangkaian nilai-nilai atau
norma-norma yang diwujudkan dalam perilaku yang dapat mendorong kemampuan dan
kapabilitas untuk bekerjasama dan berkoordinasi untuk menghasilkan kontribusi
besar terhadap keberlanjutan produktivitas.
Modal sosial adalah sebagai setiap hubungan hubungan yang
terjadi dan himpun oleh suatu kepercayaan, kesaling pengertian, dan nilai-nilai
bersama yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi bersama
dapat dilakukan secara efisien dan efektif, (Cohen dan Prusak L, 2001). Senada
dengan Cohen dan Prusak L, (Hasbullah, 2006) menjelaskan, modal sosial
merupakan segala sesuatu dimana dalam masyarakat tersebut bersama sama menuju
kepada kemajuan dan perubahan yang pada dasarnya ditopang oleh norma – norma
seperti kepercayaan.
Modal sosial awalnya dipahami sebagai suatu bentuk di mana
masyarakat menaruh kepercayaan terhadap komunitas dan individu sebagai bagian
didalamnya. Mereka membuat aturan kesepakatan bersama sebagai suatu nilai dalam
komunitasnya. Di sini aspirasi masyarakat mulai terakomodasi, komunitas dan
jaringan lokal teradaptasi sebagai suatu modal pengembangan komunitas dan
pemberdayaan masyarakat.
Modal sosial merupakan kekuatan yang mampu membangun civil
community yang dapat meningkatkan pembangunan partisipatif, dengan demikian
basis modal sosial adalah trust, idiologi dan religi. Modal sosial dapat
dicirikan dalam bentuk kerelaan individu untuk mengutamakan keputusan
komunitas, Dampak dari kerelaan ini akan menumbuhkan interaksi kumulatif yang
menghasilkan kinerja yang mengandung nilai sosial.
Manusia belum disebut manusia yang sebenarnya, bila ia tidak
ada dalam suatu masyarakat, karena itu pula maka manusia disebut sebagai
makhluk sosial. Manusia pada dasarnya tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya
dengan baik tanpa hidup bermasyarakat. Sejak lahir, manusia membutuhkan
pertolongan manusia lain, sampai dewasa dan meninggal (dan dikubur), ia pun
tetap membutuhkan manusia lain. Kemandirian manusia tidak diartikan sebagai
hidup sendiri secara tunggal, tapi hidup harmonis dan adaptif dalam tatanan
kehidupan bersama. Seperti yang dikemukakan oleh Fairchild (1980) masyarakat
merujuk pada kelompok manusia yang memadukan diri, berlandaskan pada
kepentingan bersama, ketahanan dan kekekalan/kesinambungan.
Kebersamaan, solidaritas, toleransi, semangat bekerjasama,
kemampuan berempati, merupakan modal sosial yang melekat dalam kehidupan
bermasyarakat. Hilangnya modal sosial tersebut dapat dipastikan kesatuan
masyarakat, bangsa dan negara akan terancam, atau paling tidak masalah-masalah
kolektif akan sulit untuk diselesaikan. Kebersamaan dapat meringankan beban,
berbagi pemikiran, sehingga dapat dipastikan semakin kuat modal sosial, semakin
tinggi daya tahan, daya juang, dan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Tanpa
adanya modal sosial, masyarakat sangat mudah diintervensi bahkan dihancurkan
oleh pihak luar.
Sebenarnya
ada dua macam modal sosial, sebagaimana diulas oleh McElroy, Jorna dan Engelen
(2006), yaitu modal sosial yang psiko-sentris, dan modal sosial yang
sosio-sentris. Modal psiko-sentris berbentuk kemampuan seseorang dalam
memanfaatkan jaringan atau relasi sosial untuk melakukan sesuatu. Istilah
sehari-harinya, orang yang punya modal sosial psiko-sentris ini adalah “orang
gaul”, pergaulannya luas, banyak teman, suka nraktir (dan ditraktir) , dan
pandai memanfaatkan hubungannya untuk memperlancar urusan. Kadang bentuk
kemampuan ini dilihat secara rada sinis, karena orang yang memilikinya
cenderung terlihat suka berkolusi dan pandai “memanfaatkan teman”. Padahal
seringkali kemampuan bergaul ini bersifat positif dan memang diperlukan di
segala bidang (tidak hanya bisnis atau politik).
Modal
sosial akan tampak lebih “netral” jika kita melihatnya sebagai modal yang
sosio-sentris. Dalam bentuk sosio-sentris, modal ini terlihat sebagai sebuah
tindakan kolektif yang di dalamnya mengandung hubungan-hubungan pribadi.
II.2. Peran Modal Sosial Dalam
Bidang Peternakan
Modal sosial (social
capital) adalah salah satu faktor penting yang menentukan pertumbuhan
ekonomi masyarakat. Peranan modal sosial, tidak kalah pentingnya dengan
infrastruktur ekonomi lainnya, sehingga upaya untuk membangun modal sosial
perlu diprioritaskan demi kesuksesan pembangunan ekonomi. Pembentukan modal
sosial dapat menyumbang pada pembangunan ekonomi karena adanya jaringan (networks),
norma (norms), dan kepercayaan (trust) didalamnya yang menjadi
kolaborasi (koordinasi dan kooperasi) sosial untuk kepentingan bersama.
Penyebab kemiskinan yang terjadi di
perdesaan tentu saja sangat kompleks dan saling terkait. Penyebab kemiskinan
tersebut antara lain:
1. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia, baik
motivasi maupun penguasaan manajemen dan teknologi.
2. Pelembagaan yang belum mampu menjalankan dan
mengawal pelaksanaan pembangunan.
3. Prasarana dan sarana yang belum merata dan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
4. Sulitnya mengakses sumberdaya permodalan.
5. Berbelitnya prosedur dan peraturan yang ada.
Kelemahan-kelemahan
ini menyebabkan penduduk miskin tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada
sehingga potensi dan peluang ekonomi yang ada hanya dimanfaatkan oleh kelompok
yang kaya dan mampu. Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh rumah tangga
peternak miskin dalam meningkatkan
produktivitas dan daya saing mereka adalah
sulitnya mengakses sumberdaya permodalan dari lembaga keuangan yang ada di
perdesaan. Dalam disertasi doktoral Krisna Wijaya (2010) yang berjudul
“Pengaruh Karakteristik Nasabah, Kondisi Perekonomian, dan Pembinaan Nasabah
terhadap Penyaluran Kredit Umum Pedesaan (Kupedes) di BRI Cabang Sleman”, ia
menemukan fenomena menarik bahwa faktor modal sosial yang berupa keeratan
hubungan komunitas, nilai, dan budaya menjadi kunci keberhasilan kredit mikro.
Bahkan, kepercayaan yang terbangun tersebut dapat mengatasi kendala informasi
asimetris dan adverse selection, sehingga terjadi perbaikan akses bagi
pelaku usaha mikro di pedesaan. Modal sosial juga menjadi barriers to entry (penghalang)
bagi bank-bank lain untuk masuk ke segmen ini. Konsep modal sosial dalam dunia
peternakan dapat diimplementasikan melalui pola-pola kemitraan.
Penyebab
terjadinya kemiskinan di pedesaan tentu saja sangat kompleks dan saling
terkait. Penyebab kemiskinan tersebut antara lain adalah rendahnya kualitas
sumber daya manusia baik motivasi maupun penguasaan manajemen dan teknologi,
kelembagaan yang belum mampu menjalankan dan mengawal pelaksanaan pembangunan,
parsarana dan sarana yang belum merata dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan,
sulitnyan mengakses sumber daya permodalan, dan berbelitnya prosedur dan
peraturan yang ada. Kelemahan-kelemahan ini menyebabkan penduduk miskin tidak
mampu memanfaatkan peluang yang ada sehingga potensi dan peluang ekonomi yang
ada hanya memanfaatkan oleh kelompok yang kaya dan mampu.
Konsep
modal sosial dalam dunia peternakan dapat diimplementasikan melalui
pola-pola kemitraan. Dengan adanya perjanjian contract forming (CF) berarti
telah dicapai satu pelaku untuk melakukan tindakan yang memiliki nilai ekonomi
kepada pihak lain. Kunci kesuksesan pelaksanaan CF dalam peternakan ayam ras
misalnya terletak kepada terbinanya rasa saling percaya di antara para pelaku
ekonomi yang terlibat dan tidak kalah penting adalah sifat hubungan antara para
pelaku harus lebih mengedepankan hubungan persatuan dan bukan hubungan yang
saling bersaing satu sama lain. Salah satu penerapan modal sosial yang lain
dalam bentuk CF adalah adanya kerjasama antara para peternak sapi dengan
investor perorangan/ kelompok/ lembaga dengan pola bagi hasil penggemukan sapi
dalam rangka memperoleh nilai tambahan.
II.3. Contoh Peranan Modal Sosial Dalam
Bidang Peternakan
Setiap peternak yang memelihara ternak
untuk dijual atau dikomersilkan selalu mengharapkan dapat memperoleh keuntungan
yang setinggi-tingginya dengan biaya tertentu. Hal ini merupakan prinsip
ekonomi yang sudah mengakar pada setiap orang yang melakukan usaha, baik usaha
pertanian, peternakan maupun usaha komersil yang lain. Saat ini yang menjadi
prioritas dan menjadi perhatian adalah kepada aspek modal finansial. Dimana
diatur sedemikian rupa untuk dapat memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan
biaya. Seperti, penggunaan investasi yang tepat, menentukan fungsi produksi,
fungsi keuntungan, efisiensi usaha dan kelayakan usaha.
Jika kita mengamati dengan cermat,
sebetulnya suatu pembangunan dapat berjalan dengan lancer dan maju jika
sebagian warga negara menggunakan modal finansial dengan diimbangi modal
social. Modal finansial adalah sejumlah uang yang dapat digunakan untuk membeli
fasilitas dan alat-alat produksi perusahaan saat ini (misalnya pabrik, mesin,
peralatan, kantor, kendaraan) atau sejumlah uang yang dihimpun atau ditabung
untuk investasi dimasa depan (Suharto, 2007). Modal finansial ini mempunyai
konsep yang mudaj dipahami oleh semua orang, bahkan orang yang tidak mengenyam
pendidikan formal juga dapat memahami konsep modal finansial ini.
Saat ini mulai ramai dikembangkan
penelitian-penelitian mengenai modal sosial. Peneliti ingin menggugah kesadaran
masyarakat bahwa modal sosial tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan modal
finansial. Modal sosial ini memerlukan pemahaman yang lebih dibandingkan dengan
modal finansial. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource)
yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas
(Suharto, 2007). Jadi modal sosial dapat diukur dari hasil interaksi dan
pengukurannya memerlukan ketelitian yang lebih. Modal sosial yang diantaranya
terdiri dari kepercayaan, kohesifitas, altruisme, gotong royong, jaringan dan
kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui beragam mekanisme (Blakeley dan Suggate, 1998; Suharto 2005a, Suharto
2005b). Sebagian besar orang dapat memahami modal sosial jika diberikan
contoh-contohnya dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh
aplikatifnya yaitu:
Ternak sapi potong merupakan ternak
yang menjadi andalan bangsa Indonesia. Hal tersebut didukung dengan rencana
pemerintah dalam mencanangkan program swasembada daginng. Sehingga bangsa
Indonesia tercukupi kebutuhan akan protein hewani dengan meningkatnya konsumsi
masyarakat akan daging. Jumlah kebutuhan 6 gram protein hewani dapat tercukupi.
Daging sapi merupakan daging pilihan masyarakat dibandingkan dengan dari daging
ayam.
Ternak sapi potong banyak dibudidayakan
oleh masyarakat mengingat kebutuhan akan daging tidak pernah menurun dan nilai
dari daging umumnya selalu stabil. Masyarakat peternak Indonesia lebih banyak
yang mengusahakan penggemukan sapi potong (fattening) karena
pemeliharaan relatif mudah dan cepat yaitu sekitar 4 sampai 7 bulan. Peternak
membeli sapi bakalan kemudian digemukkan dan setelah 4 sampai 7 bulan dijual
untuk dipotong. Jenis sapi yang biasa digemukkan yaitu Simmental, Peranakan FH
dan Peranakan Ongole.
Peternak sapi potong rakyat umumnya
membentuk kelompok tani ternak dalam melakukan aktivitas usahanya. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan peternak dalam adopsi teknologi baru, perkembangan
harga ternak, pakan, pemeliharaan, kesehatan dan lain sebagainya. Dalam
kelompok inilah kelihatan nyata sekali modal sosial yang dimiliki peternak
dapat diukur. Peternak dengan modal sosial yang tinggi cenderung akan berusaha
lebih baik, sehingga pendapatan yang diterima tinggi. Hal ini sesuai dengan
penelitian Priyono (2008) yang menyatakan bahwa ikatan sosial (modal sosial)
memiliki pengaruh yang nyata terhadap pendapatan dan efisiensi ekonomi usaha
ternak sapi potong. Semakin tinggi modal sosial, maka berkorelasi positif
dengan pendapatan dan efisiensi ekonomi usaha. Sehingga apabila modal finansial
dan modal sosial dilakukan secara seimbang, maka pembangunan ekonomi masyarakat
dapat maju
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Modal
sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk berasosiasi berhubungan antara satu
dengan yang lain dan selanjutnya menjadi kekuatan penting dalam ekonomi dan
aspek eksistensi sosial lainnya. Modal social sangat berperan penting dalam
pembangunan peternakan. Modal
sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource) yang timbul dari adanya
interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas (Suharto, 2007). Jadi modal
sosial dapat diukur dari hasil interaksi dan pengukurannya memerlukan
ketelitian yang lebih. Modal sosial yang diantaranya terdiri dari kepercayaan,
kohesifitas, altruisme, gotong royong, jaringan dan kolaborasi sosial memiliki
pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui beragam mekanisme.
III.2. Saran
Penulis
harapkan agar kiranya makalah ini dimanfaatkan sebaik-baiknya, baik itu dalam
belajar maupun jika ingin diaplikasikan. Serta agar pembaca tidak hanya membaca
dari satu sumber saja agar dapat menambah ilmu sehingga tidak berpatok pada
makalah ini saja.
DAFTAR PUSTAKA
Soekamto, Soerjono. 1990. Sosiologi
Suatu Pengantar.Jakarta: CV. Rajawali.
Sugiyanto. 2002. Lembaga Sosial.
Jogyakarta: Global Pustaka Utama.
Tomket, Badrul. 2012. MakalahModal Sosial. http://mamikghubatras.blogspot.
com/2012/07/makalah-modal-sosial.html.
Diakses pada tanggal 27 April 2014 pukul 20.15 WITA.